Folk Music Festival 2017


Such a big hope, bisa kembali menulis di blog tercinta. Meskipun yang baca semakin bulan semakin mengurang jumlahnya hahaha.
Tapi yang namanya suka, mau ada yang baca, sedikit yang baca, sampe ngga ada yang baca, tetep aja dilakuin.

Saya sampe lupa kapan terakir kali nulis blog, tulisan ini mulai saya buat di dalam bus saat saya perjalan pulang dari Malang. Jadi istilahnya masih sangat fresh di otak saya soal apa aja yang sudah terjadi selama kurang lebih tiga hari di Kota Malang.

Agak berbeda dari tulisan-tulisan saya sebelumnya, cerita saya kali ini berlatar perjalanan mencari inspirasi dan hiburan semata. Seperti judulnya, saya akan memaparkan beberapa hal yang menarik dan saya pikir bisa sedikit manfaat kalau di share.

Yas...
Was a honor and a pleasure for my self, bisa datang dan menyaksikan gelaran Folk Music Faestival 2017 yang diadakan di Batu, Malang.
Karena saya lumayan bingung mau cerita dari mana, jadi singkatnya, saya dan dua sahabat saya Tutus dan Rona, kita bertiga sama-sama punya selera musik di aliran indie folk, ngga terlalu dalam dan luas kalau soal pengetahuan, tapi kalau soal lirik atau kecintaan kita bertiga, lumayan.

Jadi dari sejak diumumkannya event Folk Music Festival beberapa bulan yang lalu, saya terutama, sudah merencanakan untuk berangkat dan menyiapkan beberapa hal seperti uang. Dan waktu diumumkannya Line Up oleh pihak Folk Music Festival, kita langsung exited sekali karena beberapa dari Penghiburnya adalah seniman yang lumayan banyak mengisi daftar musik di handphone maaing-masing.

Oke langsung aja, jadi tepatnya hari Jumat tanggal 14 Juli kemarin kami bertiga berangkat dari Lamongan, naik bus didepan Plaza Lamongan tujuan Terminal Purabaya atau lebih familiarnya Bungurasih. Dengan ongkos 12 ribu Rupiah dan waktu tempuh sekitar 20-30 menitan. Setelah tiba di Bungurasih sekitar jam 10 siang, kami bertiga langsung mencari bus tujuan Arjosari-Malang. Setelah naik Bus Patas yang mematok tarif 25 ribu Rupiah, kami bisa tidur pulas, dan nggak terasa kami sudah sampai saja di Terminal Arjosari. 

Terminal Arjosari Malang
Sesuai beberapa info dari Mbak mbak penginapan tempat saya sewa rumah, kami harus cari Angkot ASD agar bisa sampai di Dieng, tempat kami sewa rumah. 
Ternyata angkot ASD sudah nggak beroprasi dan nggak laku, menurut bapak supir angkot AL. Jadi kami naik angkot AL dan turun di perempatan Dieng. Setelah itu kami order Uber ke alamat rumah. 

Setelah sampai di Rumah yang kami sewa, keadaannya cukup baik, semuanya berfungsi dan tidak ada cerita serem ala-ala film horror. Cuma disini kami nggak dibolehkan membawa teman cowo untuk menginap, jadi simplenya, kalau cewe ya cewe semua begitu juga sebaliknya.



Sebelah rumah itu ada bakso yang enak dan murah, dan dibelakang ada kost-an cowo yang selalu rame.
Hanya Rp 6000 saja sudah pake es sama lontongnya

Sabtu 15 Juli 2017

Pagi-pagi sekali kami bertiga sudah bangun dari tidur, rebahan di kamar, mainan hp, dengerin lagu, dan santai-santai aja. Karena masih pagi dan kami bertiga lagi pengen masak, yaudah masak mie instan. Nonton tv dan akhirnya jam 10 siang kami mulai mandi dan yaaaah dandan.

Sekitar jam 11 siang kami berangkat ke venue di Kusuma Agrowisata Batu menggunakan Grab, karena susah banget cari Uber ngga tau kenapa. Hampir 30 menitan dijalan dan akhirnya sampai. Sudah rameeeeeee

Masuk ke venue langsung tuker tiket yang kami beli secara online dan ditukarkan lagi di dalam untuk pemasangan gelang. Yah akhirnya hari yang ditunggu-tunggu.

Suasananya enak, karena lagi di Batu jadi kalaupun panas tetep dingin. Ditambah latar gunung Panderman dan wajah-wajah ganteng, hmm saya suka.




Waktu siang belum terlalu ramai, mungkin karena banyak yang milih berangkat sore dan cuma pengen nonton performer inceran. Tapi dateng lebih awal juga ngga buruk-buruk sekali, karena meskipun akan sangat kucel wajahnya, tapi asik.





Menjelang sore kami bertiga mulai merapat ke area panggung karena penghiburnya mulai menarik dan bukan berarti yang sebelumnya nggak menarik. Nggak terlalu ketengah karena sudah full disana, dan dimulai oleh Iksan Skuter waktu itu. Menarik sekali karena meskipun saya pribadi sama sekali nggak tau lagunya tapi enak dengernya, apalagi waktu Iksan Skuter nyuruh semua orang nyanyi lagu Nasional tapi nggak tau saya lupa judulnya, tapi itu riuh dan semua nyanyi, salah satu moment paling indah. 



Menjelang maghrib ada Jason Ranti, yang menurut saya lucu, semua lagunya hampir seperti sama, dan nggak jauh jauh dari issu sosial, tapi lucu.


Ini mungkin kalau saya jelasin satu persatu bakalan capek tangan saya, jadi ini langsung saja ke saat dimana Monita Tahalea membawakan lagu dari Banda Neira, Sampai Jadi Debu dan Angun dan Laut, itu benar-benar kejutan yang mengharukan buat saya pribadi yang amat sangat mengagumi Banda Neira. Membayangkan Rara Sekar yang sedang bernyanyi, bagaimana indahnya.


Selanjutnya adalah saat dimana last performence Stras and Rabbit menutup Folk Music Festival, saat Batu mulai sangat amat dingin dan bikin saya menggigil. Mereka berhasil membakar suasana dengan suara lantang Elda dan alunan musik yang familiar, semua berdiri, dan bernyanyi, ada juga yang menari. 

Sekian dan semoga saja saya bisa share lebih banyak cerita dari banyak tempat untuk lebih banyak orang.

Nb : 
1. salah banget kalau kesini pake baju tipis, karena Batu dingin sekali apalagi menjelang larut malam, parah.
2. Saya salah perkiraan sekali karena mengira Batu sama kaya Surabaya, disini cari Grab atau Uber susah banget apalagi jam 12 malam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Blitar Here We Go!!

Madura yang Malang

Naik Penanggungan part II