Semangka Segar di Semeru
Jumat 3 Agustus 2018, sekitar
habis magrib saya, dan teman-teman #kudapacker akhirnya berangkat ke Malang
untuk mendaki ke Semeru, niatnya memang Cuma sampai Ranu Kumbolo, jadi tidak
aka nada cerita soal puncak Mahameru.
Malam itu cuaca dingin, sejak beberapa
hari kebelakang cuaca memabg lagi ekstrim, itu di Lamongan, bagaimana dengan
Malang yang notabennya mau cuaca ekstrim atau nggak memang sudah dingin. Pukul
delapan malam waktu Lamongan, kami berangkat dari rumah Udin.
Benar ternyata, udara dijalan
dinginnya bukan main, untung saja pakaian yang kami pakai cukup hangat. Tepat
pukul satu waktu Malang, kami sampai di Tumpang, tepatnya sebuah Basecamp yang
biasa dipakai para pendaki untuk numpang istirahat.
Keesokan harinya, semua bangun
pagi buta untuk bersih-bersih diri dan kemudian bersiap ke Ranu Pani.
Perjalanan ke Ranu Pani sama sekali tidak membosankan, mata akan dimanjakan
hektaran ladang pertanian yang tertata elok di area Kawasan Agropolitan.
Setelah kurang lebih satu jam
perjalanan dari Tumpang ke Ranu Pani, kami sampai sekitar pukul 10 siang,
dengan segala peraturan pendakian yang lumayan memakan waktu, kami pun baru
dapat mulai mendaki jam 12 siang, setelah menerima brifing bersama puluhan
pendaki siang itu, lets go..!!
Perjalanan menuju pos satu masih
terbilang ringan, jarang terdapat tanjakan apalagi yang curam. Di setiap pos
akan akan orang local yang menjual berbagai makanan ringan hingga buah-buahan,
terutama semangka, rasanya disana semangka lebih segar daripada es sprite di
tv. Harga per potong nya murah saja, Rp.2.500 mengingat perjuangan setiap pagi
naik turun gunung itu bukan perkara enteng, capek pastinya.
Terakhir kali naik gunung itu dua
tahun lalu, sampai sedikit lupa rasanya, kali ini berat sekali rasanya, capek
bukan main. Tapi keindahan vegetasi di jalur pendakian ini sedikit menghibur
kaki yang linu dan nafas yang tidak teratur lagi.
Setelah kurang lebih empat jam
perjanan kami akhirnya sampai di Pos 4, kami duduk sebentar dan membeli
beberapa semagka untuk kesekian kalinya, danau Ranu Kumbolo akhirnya terlihat
dari atas, sudah dekat sepertinya mungkin lima menitan lagi sampai. Lima menit
apanya, lebih ternyata hahahha.
Setelah menginjakan kaki di depan
danau sore itu, kaki saya dan teman-teman sudah tidak ada tenaga untuk berdiri
lagi, kami meletakkan kepala di tanah dan hannya menghela nafas lega.
Mendirikan tenda dan memasak pun jadi agenda kami selanjutnya. Sore ini
kebetulan dinginnya lumayan ekstrim, sekitar minus dua derajat, cukuplah untuk
membuat anggota tubuh kaku.
Hari gelap dan kami pun makan
malam didalam tenda, tenda yang berkapasitas empat orang itu kami paksa
menampung badan kami bertujuh, demi sedikit kehangatan, apalah arti
desak-desakan, yang penting makan dan cukup hangat.
Tidak seperti biasanya ketika
malam hari setiap kami liburan, kami pasti akan membuat kegaduhan hingga tengah
malam, kali ini tidak satupun yang tersisa dari kami, semuanya tidur pulas
dengan sedikit menahan hawa dingin yang mulai menusuk-nusuk.
Pagi-pagi sekali saya, Evi, dan
Ita keluar dari tenda menuju kamar kecil untuk bersih-bersih diri, baru kali
ini rasanya kami bertiga merasakan air sedingin ini, rasanya seperti cuci muka
dengan air es. Selesai dari kamar kecil, kami berhenti sebentar di shelter untuk duduk ditengah api unggun,
lumayan juga.
Matahari sudah mulai terbit,
orang-orang mulai berkerumun disekitar tepian danau, menyiapkan senjata andalan
untuk menangkap segala pergerakan fajar pagi itu, saya dan teman-teman pun
tidak mau ketinggalan. Semuanya mulai lapar dan kami pun bergegas untuk memasak
nasi dan lauk pauk, cukup lama menunggu nasi matang, kami pun duduk diatas
matras dibelakang tenda dan menikmati sarapan pagi itu.
Setelah perut kenyang, kami
menuju lokasi foto yang luamayan popular di dekat danau, mumpung lagi disini
teman-teman mengambil puluhan foto untuk satu orang saja, padahal diantara kami
ada beberapa yang sudah pernah kesini satu dua kali. Doyan foto memang karakter
hampir semua anak muda, tak terkecuali kami.
Saya dan Udin memutuskan untuk
kembali ke tenda lebih dulu, ada beberapa sosis dan coklat sisa pemeberian
orang disebelah pagi tadi, kami duduk beberapa menit sambil makan coklat,
sambil menunggu yang lain kembali dan bergegas untuk berkemas dan turun sebelum
terlalu siang.
Saya persingkat saja, empat jam
perjalan kami akhirnya tiba di Ranu Pani, pegal bukan main, lapar juga,
untungnya ada banyak penjual bakso malang, kami pun menyantap bakso sebagai
mengganjal perut sore itu. Pukul lima sore, kami berangkat pulang.
Sampai jumpa lagi…





















Komentar
Posting Komentar